Di Perkebunan Daio Wasabi yang terletak di Azume-no, prefektur Nagano, tak cuma ada hamparan hijau perdu wasabi dan air jernih yang mengalir di bawahnya. Tak juga cuma menu hasil olahan wasabi, Sebab ternyata, di perkebunan ini ada yang istimewa dari itu semua. Di sana ada seorang kakek gagah yang berdandan bak pengembara dan ramah kepada siapa saja.
Dialah Hama Shigetoshi, 71 usianya. Kepada kami dia mengaku akan menghabiskan sisa usianya di perkebunan wasabi ini. Dia bilang, tiada pernah akan meninggalkan tanah ini, tanah yang tak hanya menumbuhkan wasabi tapi juga tanah yang telah menyemaikan cinta remajanya pada Yoshiko. Itulah sebabnya, dia berjanji kepada dirinya, untuk mengenangkan cintanya kepada Yoshiko yang bersemi di Tanah Daio, maka Shigoteshi pun ingin mati dan dikuburkan di tanah ini.
Kini, baik Shigetoshi maupun Yoshiko sudah memiliki dunia sendiri-sendiri. Shigetoshi sudah memiliki keluarga, pun demikian dengan Yoshiko. Tapi Shigetoshi mengaku, api cinta itu tak pernah padam.
Itulah cerita romansa yang dituturkan Sigetoshi menjelang berakhirnya percakapan kami di tepian pematang kebun wasabi. Wajahnya langsung tampak segar saat dia mengenangkan kisah cintanya itu. Saya kira, kepada siapa pun dia akan bercerita perihal cinta matinya itu.
Hama Shigetoshi, adalah master wasabi yang bergumul dengan umbi beraroma tajam dan berasa pedas itu. Shigetoshi pula yang mengawasi Sungai Tadegawa dan sungai Yorozuigawa mengalir lancar.
EmoticonEmoticon